Wednesday, February 29, 2012


OBAT YANG BEKERJA PADA REPLIKASI
“KUINOLON”



            OLEH:
Indarto Adikusumo                (112210101036)
Imelda Rossa Indira               (112210101056)
Sendika W. S.                       (112210101058)
Ichlasulamali                          (112210101060)
Nurul Aini                             (112210101062)
Nurul faridah                         (112210101064)
Binar Indah Marwati              (112210101068)
Kristine Dwi P.                      (112210101070)
Putri Ayu Aristanti                 (112210101072)
Rifka Agistarini                      (072210101012)


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER





BAB 1. PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Obat tidak terlepas dari mekanisme kerja obat itu sendiri. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.
Antibiotik adalah zat yang dihasilakn oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Sedangkan antimikroba yaitu obat yang membasmi mikroba khusunya mikroba yang merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dijelaskan mengenai replikasi DNA. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai golongan obat yang bekerja pada replikasi dan indikasi dari pada obat serta efek samping obat.

1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1.        Apa yang dimaksud dengan replikasi DNA?
2.        Golongan obat apa yang mekanisme kerjanya bekerja pada replikasi DNA?
3.        Apa indikasi dan efek samping dari obat tersebut?

1.3              Tujuan
1.        Mengetahui replikasi DNA.
2.        Mengetahui golongan obat yang mekanisme kerjanya pada replikasi DNA.
3.        Mengetahui indikasi obat dan efek samping obat tersebut.

1.4              Manfaat
1.     Untuk memberikan informasi mengenai golongan obat yang bekerja pada replikasi DNA.
2.    Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kelompok khususnya dan bagi temen-temen yang menempuh mata kuliah Biologi Dasar umumnya.



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1       Tinjauan Tentang Replikasi DNA
Replikasi DNA merupakan proses pelipat gandaan DNA yaitu pada saat membelah diri. Membelah diri disertai dengan replikasi DNA supaya informasi genetik tetap sama.  Proses replikasi di awali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Kemudian setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerasi masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal. Jadi untaian yang lama masing-masing membentuk pasangan baru yang sesuai. Proses replikasi tersebut menghasilkan 2 DNA yang identik .
Replikasi dimulai dari tempat-tempat spesifik, yang menyebabkan kedua utas DNA induk berpisah dan membentuk gelembung replikasi . Pada eukariota, terdapat ratusan atau bahkan ribuan origin of replication di sepanjang molekul DNA.  Gelembung replikasi terentang secara lateral dan replikasi terjadi ke dua arah. Selanjutnya gelembung replikasi akan bertemu, dan sintesis DNA anak selesai
            Replikasi pada DNA terjadi dalam beberapa tahap, yaitu :
  1. Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk.   
  2. Pengawalan (inisiasi) sintesis DNA
  3. Pemanjangan untaian DNA
  4. Pengakhiran (terminasi) sintesis DNA.
Sintesis untaian DNA yang baru akan dimulai segera setelah ke dua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi.

2.2              Golongan Obat yang Bekerja pada Replikasi DNA
Obat antimikroba sering juga disebut dengan bakteriostatik atau bakterisidal. Bakteriostatik adalah suatuobat yang sewaktu waktu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Keberhasilan obat ini sering bergantung padapartisipasi mekanisme pertahanan tubuh inang. Bakterisidal adalah obat yang menyebabkan kematian mikroorganisme.
Obat antimikroba dapat dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja obat antimikroba adalah sebagai berikut :
1.        Penghambatan sintesis dinding sel.
2.        Perubahan permeabilitas membran sel atau transpor aktif melalui membran sel.
3.        Penghambatan sintesa protein.
4.        Penghambatan sintesa asam nukleat.
Kuinolon, sulfonamid, dan trimeptoprin merupakan golongan obat antimikroba yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis asam nukleat. Golongan kuinolon juga merupakan obat antimikroba yang mekanisme kerjanya pada relikasi DNA.

2.2.1    Kuinolon
Kuinolon merupakan suatu obat antibakteri yang baik terhadap kaum Gram-negative, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung cepat sehingga sulit dicapai kadar teraupetinya dalam darah. Karena itu penggunaan asam nalidiksat praktis terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja.
Pada tahun 1980, diperkenalkan golongan kuinolon yang baru dengan atom fluor padaa cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga fluorkuinolon). Perubahan struktur secara dramatis meningkatkan daya antibakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya dari saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.
Golongan kuinolon dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.        Kuinolon           : Kelompok ini tidak mempunyai manfaat klinik pada pengobatan infeksi sistemik, karena kadarnya dalam darah terlalu rendah, daya antibakterinya agag lemah dan resistensinya juga cepat timbul. Indikasinya terbatas sebagai antiseptik saluran kemih.
2.    Fluorokuinolon  : Mempunyai daya antibakterinya jauh lebih kuat dibandingkan dengan kelompok kuinolon. Selain itu dapat diserap baik dengan pemakaian oral. Dan deviratnya juga tersedia dalam bentuk parental sehingga dapat digunakan untuk menanggulangi infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman gram negatif. Daya antibakterinya terhadap bakteri gram positif relatif lemah.

2.2.2    Mekanisme Kerja Kuinolon
Senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman berdasarkan inhibisi dua enzim bakteriil ( topo-isomerase ), yakni DNA-gyrase dan topo-isomerase IV sehingga sintesa DNA-nya terganggu DNA gyrase adalah enzim yang mengkompres DNA bakteri sehingga dapat diinkorporasi dalam sel bakteri, sedangkan pada topo-isomerase diperlukan bagi struktur ruang DNA. Kedua proses itu dihambat oleh kuinolon. Enzim tersebut hanya terdapat pada kuman dan tidak pada sel dari organisme yang lebih tinggi, sehingga sintesa DNA manusia tidak dihambat. Hal yang sama berlaku bagi sulfonamida dan antibiotika beta-laktam.
            Fluorokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama dengan kelompok kuinolon terdahulu. Fluoorokuinolon baru menghambat topoisomerase (=DNA girase) II dan IV pada bakteri. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA. Sedangkan topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang berbentuk setelah proses replikasi DNA bakteri selesai.


Gambar mekanisme aksi kuinilon dan DNA girase sebagai target utama
Pada gambar di atas, mekanisme kuinolon yang menggunakan  DNA girase sebagai target utama. Berikut adalah tahapan-tahapannya :
Tahap a    : Pengikatan DNA girase.
Tahap b    :   Pembentukan reversibel dari kuinolon dan DNA-girase-kompleks yang dengan cepat akan memblokir replikasi DNA. 
Tahap b1   :  Pengikatan kuinolon untuk DNA girase kompleks sebelum terjadi pembelahan DNA
Tahap b2   :  Mulai terjadi pengikatan setelah terjadi pembelahan DNA.
Tahap c    :  Penghambatan replikasi menyebabkan terjadinya induksi respon yang berbahaya dan filamentasi sel.
Tahap d   : Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan sintesis protein yang berlangsung dalam kondisi aerobik. 
Tahap e  : Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan on-going sintesis protein tetapi dalam kondisi aerobik.
Tahap f :   Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan sintesis protein tidak berkelanjutan atau kondisi aerobik.
Tahap g  :  Kerusakan DNA terdeteksi setelah pengobatan lisat sel dengan  ionik seperti SDS. Tidak ditampilkan adalah efek pada transkripsi. Tanda tanya menunjukkan ketidakpastian tentang kematian lambat dan sifat dari DNA yang akan berakhir.

2.2.3    Indikasi Kuinolon
            Asam nalidiksat dan asam pipemidat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran kemih, khususnya untuk sistitis akut tanpa komplikasi pada wanita. Sedangkan kuinolon generasi baru (fluorokuinolon) digunakan untuk indikasi lebih luas yaitu:
1.      Infeksi saluran kemih (ISK)
Fluorokuinolon efektif untuk ISK, termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P.aeruginosa. siprofloksasin, norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat digunakan untuk terapi prostatis bakterial akut maupun kronis.
2.      Infeksi saluran cerna
Fuorokuinolon juga efektif untuk diare yang disebabkan oleh Shigella, Salmonella, E.coli dan Campylobacter. Siprofoksasin dan ofloksasin mempunyai efektivitas yang baik terhadap demam tifoid. Selain itu kemungkinan status karier juga dikurangi.
3.      Infeksi saluran nafas (ISN)
Secara umum efektivitas fluorokuinolon generasi perrtama untuk infeksi bakterial saluran nafas bawah cukup baik. Namun kurang peka terhadap S.pneumoniae dan S.aureus.
4.      Penyakit yang ditularkan melalui hubunan seksual
Siprofloksasin oran dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan pertama di samping seftriakson dan sefiksim untuk pengobatan uretritis dan servisitis oleh gonokokus. Golongan fluorokuinolon juga aktiv terhadap H.ducreyi dan C.trachomatis, tetapi tidak efektiv terhadap T.pallidum
5.      Infeksi tulang dan sendi
Siprofloksasin oral dengan dosis 2 kali 500-750 mg/hari yang diberikan selama 4-6 minggu efektif untuk mengatasi infeksi pada tulang dan sendi yang disebabkan oleh kuman yang peka. Angka penyembuhan klinisdapat mencapai 75% untuk osteomielitis yang disebabkan oleh kuman Gram-negatif.
6.      Infeksi kulit dan jaringan lunak
Fluorokuinolon oral mempunyai efektivitas sebanding dengan sefalosporin generasi tiga untuk pengobatan berat pada kulit atau jaringan lunak. Hanya saja untuk bakteri Spyogenes dan S.aureus, obat ini bukan merupakan obat yang diandalkan.

2.2.4    Efek Samping Golongan Kuinolon
Golongan antibiotika kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna, terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai.
Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.




BAB.3 PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
1. Kuinolon merupakan suatu obat antibakteri yang baik terhadap kaum Gram-negative, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung cepat sehingga sulit dicapai kadar teraupetinya dalam darah.
2.  Obat antimikroba sering juga disebut dengan bakteriostatik atau bakterisidal. Bakteriostatik adalah suatuobat yang sewaktu waktu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Keberhasilan obat ini sering bergantung padapartisipasi mekanisme pertahanan tubuh inang. Bakterisidal adalah obat yang menyebabkan kematian mikroorganisme.


3.2    SARAN
Makalah ini berisi tentang replikasi pada manusia dan virus . Dalam dunia Farmasi masih banyak macam obat – obatan mengenai obat yang bertujuan untuk mengobati replikasi. Sehingga pada saaat pembuatan makalah selanjutnya di harapkan banyak menggali bahan dan refrence lebih banyak lagi.






DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.

Drlica, Karl et all. 2007. Quinolone-Mediated Bacterial Death. American Society for Microbiology.