OBAT YANG BEKERJA PADA REPLIKASI
“KUINOLON”
OLEH:
Indarto Adikusumo (112210101036)
Imelda Rossa Indira (112210101056)
Sendika W. S. (112210101058)
Ichlasulamali (112210101060)
Nurul Aini (112210101062)
Nurul faridah (112210101064)
Binar Indah Marwati (112210101068)
Kristine Dwi P. (112210101070)
Putri Ayu Aristanti (112210101072)
Rifka Agistarini (072210101012)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan
untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan
karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari
tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Obat tidak terlepas dari mekanisme kerja obat itu
sendiri. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah untuk meneliti efek
utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan
peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Efek obat umumnya timbul
karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat
dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang
merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen
makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat
dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak
menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.
Antibiotik adalah zat yang dihasilakn oleh mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis
lain. Sedangkan antimikroba yaitu obat yang membasmi mikroba khusunya mikroba
yang merugikan manusia. Antibakteri adalah zat
yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang
merugikan. Mikroorganisme
dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk
kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri
diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam
nukleat dan protein.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dijelaskan mengenai replikasi DNA.
Selain itu juga akan dijelaskan mengenai golongan obat yang bekerja pada
replikasi dan indikasi dari pada obat serta efek samping obat.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan replikasi DNA?
2.
Golongan obat
apa yang mekanisme kerjanya bekerja pada replikasi DNA?
3.
Apa indikasi dan
efek samping dari obat tersebut?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
replikasi DNA.
2.
Mengetahui
golongan obat yang mekanisme kerjanya pada replikasi DNA.
3.
Mengetahui
indikasi obat dan efek samping obat tersebut.
1.4
Manfaat
1. Untuk memberikan informasi mengenai
golongan obat yang bekerja pada replikasi DNA.
2. Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kelompok khususnya dan bagi temen-temen yang
menempuh mata kuliah Biologi Dasar umumnya.
BAB
2.
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan
Tentang Replikasi DNA
Replikasi
DNA merupakan proses pelipat gandaan DNA yaitu pada saat membelah diri.
Membelah diri disertai dengan replikasi DNA supaya informasi genetik tetap
sama. Proses
replikasi di awali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu
di sepanjang rantai DNA. Kemudian setelah cukup ruang terbentuk akibat
pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerasi masuk dan mengikat diri pada kedua
rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal. Jadi untaian yang lama
masing-masing membentuk pasangan baru yang sesuai. Proses replikasi tersebut
menghasilkan 2 DNA yang identik .
Replikasi
dimulai dari tempat-tempat spesifik, yang menyebabkan kedua utas DNA induk
berpisah dan membentuk gelembung replikasi .
Pada eukariota, terdapat ratusan atau bahkan ribuan origin
of replication di sepanjang molekul DNA.
Gelembung replikasi terentang secara lateral dan replikasi terjadi ke
dua arah. Selanjutnya gelembung replikasi akan bertemu, dan sintesis DNA anak
selesai
Replikasi
pada DNA terjadi dalam beberapa tahap, yaitu :
- Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk.
- Peng’awal’an (inisiasi) sintesis DNA
- Pemanjangan untaian DNA
- Peng’akhir’an (terminasi) sintesis DNA.
Sintesis untaian
DNA yang baru akan
dimulai segera setelah ke dua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu
replikasi.
2.2
Golongan Obat yang Bekerja pada Replikasi DNA
Obat antimikroba sering juga disebut dengan
bakteriostatik atau bakterisidal. Bakteriostatik adalah suatuobat yang sewaktu
waktu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Keberhasilan obat ini sering
bergantung padapartisipasi mekanisme pertahanan tubuh inang. Bakterisidal adalah
obat yang menyebabkan kematian mikroorganisme.
Obat
antimikroba dapat dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja obat
antimikroba adalah sebagai berikut :
1.
Penghambatan sintesis dinding
sel.
2.
Perubahan permeabilitas membran sel atau transpor aktif melalui membran sel.
3.
Penghambatan sintesa protein.
4.
Penghambatan sintesa asam nukleat.
Kuinolon, sulfonamid, dan
trimeptoprin merupakan golongan obat antimikroba yang mekanisme kerjanya
menghambat sintesis asam nukleat. Golongan kuinolon juga merupakan obat
antimikroba yang mekanisme kerjanya pada relikasi DNA.
2.2.1 Kuinolon
Kuinolon
merupakan suatu obat antibakteri yang baik terhadap kaum Gram-negative, tetapi
eliminasinya melalui urin berlangsung cepat sehingga sulit dicapai kadar
teraupetinya dalam darah. Karena itu penggunaan asam nalidiksat praktis
terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja.
Pada tahun 1980,
diperkenalkan golongan kuinolon yang baru dengan atom fluor padaa cincin
kuinolon (karena itu dinamakan juga fluorkuinolon). Perubahan struktur secara
dramatis meningkatkan daya antibakterinya, memperlebar spektrum antibakteri,
memperbaiki penyerapannya dari saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja
obat.
Golongan kuinolon
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Kuinolon :
Kelompok
ini tidak mempunyai manfaat klinik pada pengobatan infeksi sistemik, karena kadarnya
dalam darah terlalu rendah, daya antibakterinya agag lemah dan resistensinya
juga cepat timbul. Indikasinya terbatas sebagai antiseptik saluran kemih.
2. Fluorokuinolon :
Mempunyai
daya antibakterinya jauh lebih kuat dibandingkan dengan kelompok kuinolon.
Selain itu dapat diserap baik dengan pemakaian oral. Dan deviratnya juga
tersedia dalam bentuk parental sehingga dapat digunakan untuk menanggulangi
infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman gram negatif. Daya
antibakterinya terhadap bakteri gram positif relatif lemah.
2.2.2 Mekanisme Kerja Kuinolon
Senyawa kuinolon
berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman berdasarkan inhibisi dua
enzim bakteriil ( topo-isomerase ),
yakni DNA-gyrase dan topo-isomerase IV sehingga sintesa DNA-nya terganggu DNA
gyrase adalah enzim yang mengkompres DNA bakteri sehingga dapat diinkorporasi
dalam sel bakteri, sedangkan pada topo-isomerase diperlukan bagi struktur ruang
DNA. Kedua proses itu dihambat oleh kuinolon. Enzim tersebut hanya terdapat pada
kuman dan tidak pada sel dari organisme yang lebih tinggi, sehingga sintesa DNA
manusia tidak dihambat. Hal yang sama berlaku bagi sulfonamida dan antibiotika
beta-laktam.
Fluorokuinolon
bekerja dengan mekanisme yang sama dengan kelompok kuinolon terdahulu.
Fluoorokuinolon baru menghambat topoisomerase (=DNA girase) II dan IV
pada bakteri. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA
yang mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada
waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA. Sedangkan topoisomerase IV
berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang berbentuk setelah proses replikasi DNA
bakteri selesai.
Gambar mekanisme aksi kuinilon dan DNA girase
sebagai target utama
Pada gambar di atas, mekanisme kuinolon yang
menggunakan DNA girase sebagai target utama. Berikut
adalah tahapan-tahapannya :
Tahap a : Pengikatan DNA girase.
Tahap b : Pembentukan reversibel dari kuinolon dan DNA-girase-kompleks yang dengan cepat akan memblokir replikasi DNA.
Tahap b1 : Pengikatan kuinolon untuk DNA girase kompleks sebelum terjadi pembelahan DNA
Tahap b2 : Mulai
terjadi pengikatan setelah terjadi pembelahan DNA.
Tahap c : Penghambatan replikasi menyebabkan terjadinya induksi respon yang
berbahaya dan filamentasi
sel.
Tahap d : Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan sintesis protein yang
berlangsung dalam kondisi aerobik.
Tahap e : Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan on-going sintesis protein
tetapi dalam kondisi aerobik.
Tahap f : Fragmentasi kromosom Lethal yang membutuhkan sintesis protein tidak berkelanjutan atau kondisi aerobik.
Tahap g : Kerusakan DNA terdeteksi setelah pengobatan lisat sel dengan ionik seperti SDS. Tidak ditampilkan adalah efek pada transkripsi. Tanda tanya menunjukkan ketidakpastian tentang kematian lambat dan sifat dari DNA yang akan berakhir.
2.2.3 Indikasi Kuinolon
Asam
nalidiksat dan asam pipemidat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran kemih,
khususnya untuk sistitis akut tanpa komplikasi pada wanita. Sedangkan kuinolon
generasi baru (fluorokuinolon) digunakan untuk indikasi lebih luas yaitu:
1.
Infeksi saluran kemih
(ISK)
Fluorokuinolon
efektif untuk ISK, termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten
dan P.aeruginosa. siprofloksasin, norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai
kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat digunakan untuk terapi
prostatis bakterial akut maupun kronis.
2. Infeksi
saluran cerna
Fuorokuinolon
juga efektif untuk diare yang disebabkan oleh Shigella, Salmonella, E.coli dan
Campylobacter. Siprofoksasin dan ofloksasin mempunyai efektivitas yang baik
terhadap demam tifoid. Selain itu kemungkinan status karier juga dikurangi.
3. Infeksi
saluran nafas (ISN)
Secara
umum efektivitas fluorokuinolon generasi perrtama untuk infeksi bakterial
saluran nafas bawah cukup baik. Namun kurang peka terhadap S.pneumoniae dan
S.aureus.
4. Penyakit
yang ditularkan melalui hubunan seksual
Siprofloksasin
oran dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan pertama di samping
seftriakson dan sefiksim untuk pengobatan uretritis dan servisitis oleh
gonokokus. Golongan fluorokuinolon juga aktiv terhadap H.ducreyi dan
C.trachomatis, tetapi tidak efektiv terhadap T.pallidum
5. Infeksi
tulang dan sendi
Siprofloksasin
oral dengan dosis 2 kali 500-750 mg/hari yang diberikan selama 4-6 minggu
efektif untuk mengatasi infeksi pada tulang dan sendi yang disebabkan oleh
kuman yang peka. Angka penyembuhan klinisdapat mencapai 75% untuk osteomielitis
yang disebabkan oleh kuman Gram-negatif.
6. Infeksi
kulit dan jaringan lunak
Fluorokuinolon
oral mempunyai efektivitas sebanding dengan sefalosporin generasi tiga untuk
pengobatan berat pada kulit atau jaringan lunak. Hanya saja untuk bakteri
Spyogenes dan S.aureus, obat ini bukan merupakan obat yang diandalkan.
2.2.4 Efek Samping Golongan Kuinolon
Golongan antibiotika kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf
pusat. Manifestasi pada saluran cerna, terutama
berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering
dijumpai.
Efek samping pada susunan syaraf
pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek
samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi
dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan
arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.
BAB.3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Kuinolon
merupakan suatu obat antibakteri yang baik terhadap kaum Gram-negative, tetapi
eliminasinya melalui urin berlangsung cepat sehingga sulit dicapai kadar
teraupetinya dalam darah.
2. Obat
antimikroba sering juga disebut dengan bakteriostatik atau bakterisidal.
Bakteriostatik adalah suatuobat yang sewaktu waktu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Keberhasilan obat ini sering bergantung padapartisipasi
mekanisme pertahanan tubuh inang. Bakterisidal adalah obat yang menyebabkan
kematian mikroorganisme.
3.2 SARAN
Makalah ini berisi tentang replikasi
pada manusia dan virus . Dalam dunia Farmasi masih banyak macam obat – obatan
mengenai obat yang bertujuan untuk mengobati replikasi. Sehingga pada saaat pembuatan makalah selanjutnya di harapkan banyak
menggali bahan dan refrence lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta
: UI Press.